Usai pembatasan aktivitas bertahun-tahun akibat Pandemi COVID-19, inilah hari raya pertama ketika Indonesia terbebas dari virus Corona. Hasrat pulang kampung tak lagi terbendung.

Fakta ini terlihat dari jumlah pemudik yang melejit jauh melebihi tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini misalnya, jumlah pemudik mencapai 193,6 juta orang. Jumlah ini naik 56% dibanding lebaran tahun lalu sebanyak 123,8 juta orang dan naik 127% dari lebaran 2022 sebanyak 85 juta pemudik.

Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan, tiga provinsi asal pemudik terbanyak masih sama dengan dua tahun terakhir yaitu Jawa Timur, Jabodetabek dan Jawa Tengah secara berturut-turut.

Akan tetapi, terjadi lonjakan pertumbuhan pemudik dari Jawa Timur dan Jabodetabek. Pada tahun ini, pemudik dari kedua provinsi itu masing-masing bertambah lebih dari 10 juta pemudik jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Sementara itu, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat menjadi tiga provinsi tujuan mudik terbanyak. Kondisi ini juga tidak berbeda dengan keadaan dua tahun terakhir. Hanya saja, lebih banyak pemudik akan pulang ke Jawa Tengah dan Jawa Timur pada 2024.

Provinsi Jawa Tengah, misalnya bakal kedatangan 28,85 juta pemudik yang lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Sedangkan Jawa Timur dikunjungi 13 juta pemudik lebih banyak dibandingkan 2023.

Sementara, kedatangan pemudik ke provinsi Jawa Barat justru berkurang. Pada tahun ini, Kementerian Perhubungan memproyeksikan pemudik ke provinsi ini berkurang 3,7 juta dibandingkan tahun lalu.

Moda transportasi umum kembali menjadi moda transportasi pilihan pemudik. Berakhirnya masa Pandemi COVID-19 membuat pemerintah tidak melakukan pembatasan khusus untuk jual beli tiket kereta api maupun bus. justru gerbong kereta dan bus mudik ditambah. Pemudik pun tak ragu untuk pulang kampung menggunakan kendaraan umum.

Mobil pribadi yang selama dua tahun terakhir menjadi moda transportasi pilihan terbanyak pemudik, kini tergeser ke peringkat ketiga. Di peringkat pertama, ada Kereta Api yang pertumbuhan pemudiknya tumbuh 171% dibandingkan tahun lalu.

Kemudian di peringkat kedua ada bus, yang mengalami pertumbuhan pengguna saat lebaran sebesar 64,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski berada di peringkat ketiga, pengguna mobil pribadi untuk mudik tetap tumbuh tinggi.

Pada tahun ini, jumlah pemudik dengan mobil pribadi mencapai 35,42 juta atau tumbuh 29,6% dibandingkan tahun lalu.Pengguna sepeda motor untuk mudik tahun inijuga mengalami pertumbuhan 5,99 juta atau tumbuh 23,8%.

Berapa emisi karbon masing-masing moda transportasi untuk mudik?

Untuk menjawabnya, mari menggunakan contoh kasus. Andaikan seorang pemudik dari Jakarta hendak pulang ke kampungnya di Sragen (Jawa Tengah). JIka dia menggunakan:

Kereta api, maka dia akan menempuh jarak sepanjang 561,6 kilometer (perhitungan Google Maps). Pilihan kereta api untuk jarak Jakarta-Sragen yaitu: kereta Brantas, Matarmaju, Gaya Baru Malam Selatan dan Bangunkarta. Keempat kereta ini memiliki kecepatan rata-rata sebesar 70-100 kilometer per jam. Berdasarkan data ini, kalkulator jejak karbon (yang bisa ditemukan di internet) memperkirakan bahwa emisi karbon yang dihasilkan orang itu sebesar: 0,02 ton setara karbon dioksida.

Bus, maka ia menempuh jarak sepanjang 606 kilometer melalui jalur pantura. Jika ia menggunakan Bus dengan penggerak bensin, maka perkiraan emisi karbon yang dihasilkan mencapai 0,06 ton setara karbon dioksida dalam sekali perjalanan.

Jika ia menggunakan mobil pribadi berbahan bakar bensin untuk mencapai Sragen, maka perkiraan emisi karbon yang dihasilkan mencapai 0,1 ton setara karbon dioksida. Perkiraan itu untuk satu orang dalam sekali perjalanan sepanjang 606 kilometer.

Sepeda Motor yang menjadi salah satu pilihan pemudik akan membuang sekitar 0,06 ton setara CO2 dalam sekali perjalanan. Perhitungan itu menggunakan motor dengan ukuran medium antara 125-500 cc dan menempuh jarak 584 kilometer (lewat pantura).

Jika menggunakan pesawat, ia akan mengembuskan 0,06 ton setara CO2 dalam sekali perjalanan dari Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) menuju Bandara Adi Sucipto (Solo). Proyeksi ini belaku jika pemudik menggunakan kelas ekonomi dalam penerbangannya. Namun, dia juga masih harus menggunakan moda transportasi lain untuk mencapai tujuannya ke Sragen yang jarakya 38,5 kilometer dari Solo.

Dari perhitungan dasar di atas, tampak bahwa menggunakan mobil pribadi untuk mudik mengembuskan emisi karbon terbanyak. Disusul oleh pesawat, sepeda motor dan bus. Sementara kereta api merupakan moda transportasi yang paling sedikit memproduksi emisi karbon.

Angka-angka emisi karbon yang tertulis di atas merupakan proyeksi dasar. Dalam perhitungan yang lebih detail, angka-angka ini bisa naik dan turun. Tetapi jenis moda transportasi massal berbasis rel masih merupakan moda transportasi yang lebih ramah lingkungan

Emisi karbon Lebaran dikeluarkan bersama-sama dengan ratusan juta penduduk Indonesia yang mudik sehingga ritus budaya ini potensial meningkatan kadar CO2 di atmosfer bumi. Jikalau emisi karbon bisa terlihat, tentulah pulau Jawa akan menghitam, terutama karena pemudik paling banyak berasal dari Jawa dan mudik ke Jawa.

Oleh sebab itu, pemudik diharapkan lebih bijak memilih moda transportasi untuk pulang kampung. Karena segala pilihan-pilihan kita, baik yang kecil mau pun besar berdampak untuk bumi.***

Baca juga:

Sampah Tambahan Saat Lebaran

Siklon Tropis Olga dan Lebaran 2024


Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca