SERANGAN Hiu. Dua kata ini nampaknya menjadi momok menakutkan di banyak pantai, terutama setelah terbitnya novel Jaws (1974) dan film adaptasinya oleh Stephen Spielberg (1975). Faktanya, meski serangan hiu hanya terjadi 10% di berbagai penjuru dunia, populasi hiu (dan pari) justru turun drastis lebih dari 70% sejak tahun 1970-an, dekade ketika Jaws dirilis.

Serangan hiu menjadi salah satu subgenre populer. Jaws dan tiga sekuelnya merajai layar lebar sepanjang dekade 1970-1980. Kemudian ada Deep Blue Sea pada 1999. Pada dekade 2010 ke atas ada 47 Meters Down dan The Meg. Semua film ini menampilkan hiu (atau megalodon—nenek moyang hiu) sebagai hewan buas yang mengancam hidup manusia.

Film Netflix dari Prancis bertajuk Under Paris mengambil pendekatan yang berbeda. Film ini dibuka dengan tragedi dari titik vorteks sampah Samudra Pasifik Utara. Sophia Assalas (Bérénice Bejo) dan timnya tengah mencari Lilith, hiu mako sirip pendek (Isurus oxyrinchus) yang diberi suar pelacak.

Suami Sophia menyelam bersama tiga peneliti menemukan Lilith yang tumbuh lebih besar dua kali lipat dari ukurannya dua bulan lalu. Karena Lilith tampak tak agresif, para penyelam berniat mengambil sampel darah dari hiu berukuran tujuh meter itu. Namun, Lilith menyerang dan memangsa empat penyelam.

Tiga tahun kemudian, Sophia diberi tahu bahwa suar pelacak Lilith masih aktif. Hiu itu berkelana dari Pasifik dan terjebak di tengah sungai Seine yang membelah kota Paris. Usai seorang pria ditemukan tewas akibat gigitan hiu, Adil (Nassim Lyes), polisi penyelam merekut Sophia untuk menemukan dan membunuh hiu tersebut. Cerita menjadi rumit ketika sekelompok aktivis lingkungan menonaktifkan suar untuk menyelamatkan hiu dan Wali Kota Paris menolak pembatalan agenda triathlon di sungai tersebut.

Adil dan Sophia (Foto: Dok. Under Paris)

Hewan laut yang ‘nyasar’ ke sungai Seine sebenarnya bukan cerita fiksi. Pada 2022 lalu, setidaknya seekor Orca (Orcinus orca) dan seekor Paus Beluga (Delphinapterus leucas) terlihat berenang di Sungai Seine. Ukuran kedua hewan laut ini mencapai 4-5 meter.

Meskipun ada upaya memandu Orca kembali ke laut lepas menggunakan drone dengan suara kawanannya, mamalia yang dikenal sebagai paus pembunuh itu mengalami disorientasi arah dan akhirnya mati akibat infeksi jamur hitam (mucormycosos). Sementara, Paus Beluga yang sempat diangkat hidup-hidup dari sungai, mati dalam operasi pemindahan ke laut lepas karena menolak makan.

Dalam film itu, Lilith, hiu tujuh meter, beradaptasi dengan air tawar. Dia tak hanya memangsa manusia tetapi juga bersarang dan beranak-pinak di katakombe bawah kota Paris yang beralih fungsi menjadi saluran penampung air.

Hiu mako sirip pendek menemukan ‘rumah’ di bawah kota Paris (Foto: Dok. Under Paris)

Hiu ini, menurut Sophia, merupakan spesies yang bermutasi dan bereproduksi secara aseksual (partenogenesis) dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Sophia dan Adil—protogonis film ini berupaya membunuh Lilith dan keturunannya untuk melindungi para atlet dalam acara triathlon yang tengah berlangsung.

Sutradara Xavier Gens memang tak menyinggung soal spesies invasif. Tetapi, narasi film ini sejalan dengan teori ekologi. Perubahan iklim yang bersumber dari antropogenik (aktivitas manusia) dapat memberi peluang spesies invasif mencari habitat baru dan melintasi batas geografis.

Dalam cerita ini, Lilith menjadi predator yang lebih besar. Hiu-hiu keturunannya menjadi lebih ganas, dan lebih adaptif menemukan sarang baru di Sungai Seine, representasi ancaman ekologis yang kian nyata.

Kekuatan film ini bukan hanya pada visual hiunya, tetapi juga pada karakter-karakter utamanya. Sophia, ilmuwan yang harus menghadapi trauma masa lalunya, sementara Adil—dengan latar Tunisia atau Afrika Utara—memberi keragaman yang jarang terlihat dalam film bencana arus utama. Hubungan antar tokoh dan jalan ceritanya pun sangat menarik.

Dari aktivis hingga politisi, film ini mencerminkan tarik-ulur kepentingan. Ada yang berjuang untuk satwa liar, ada yang lebih peduli citra politik, ada pula yang sekadar ingin bertahan hidup.Terasa mirip dengan krisis iklim yang saat ini terjadi. Ketika semua kelompok bertikai dan sibuk mengejar agenda masing-masing, telat menyadari bencana besar di depan mata.

Film ini juga menyelipkan detail yang menambah kredibilitas. Kehadiran bom sisa Perang Dunia II di dasar Sungai Seine, misalnya, bukan sepenuhnya fiktif. Pada 2021, regu penyelam dan penjinak bom memang menemukan hampir 150 proyektil aktif di area seluas lapangan sepak bola.

Pemandangan kota Paris yang indah di tepian sungai Seine menjadi daya tarik tersendiri

Walaupun, ada beberapa elemen yang mungkin tak masuk akal bagi mereka yang akrab dengan Paris, seperti bagaimana cara hiu melintasi pintu-pintu air di kota ini? Beluga dan Orca yang ‘nyasar’ ke Sungai Seine saja tak sempat mencapai Paris. Sebab, kota itu berjarak 200 kilometer dari hilir sungai di selat Channel.

Meski begitu, Under Paris berhasil menjalankan fungsinya dengan baik: menghadirkan hiburan menegangkan sekaligus renungan ekologis. Dari sampah plastik di samudra luas, bayi paus terlilit jala dengan perut penuh jala menjadi kenyataan suram lautan kita. Film ini mengingatkan bahwa krisis iklim dan spesies invasif bukan sekadar fiksi. Ia nyata, dan ancamannya kian dekat.***

REFERENSI
  1. Pacoreau, Nathan., et.al. (2021, 27 Januari). Half a century of global decline in oceanic sharks and rays. Jurnal Nature. Diakses 21 Juni 2024, dari https://www.nature.com/articles/s41586-020-03173-9
  2. Reuters in Paris (2022, 30 Mei). Ailing orca lost in France’s River Seine dies after failed rescue effort. Diakses 21 Juni 2024, dari https://www.theguardian.com/world/2022/may/30/killer-whale-found-adrift-in-frances-river-seine-to-be-euthanised-after-failed-rescue-bid
  3. Chrisafis, Angelique. (2022, 10 Agustus). Beluga whale that strayed into River Seine dies during rescue operation. Diakses 21 Juni 2024, dari https://www.theguardian.com/environment/2022/aug/10/beluga-whale-that-strayed-into-river-seine-dies-during-rescue-operation
  4. Sortiraparis. (2022, 7 Agustus). Paris: Nearly 150 Shells from The Second World War Found in The Seine. Diakses 21 Juni 2024, dari https://www.sortiraparis.com/en/news/in-paris/articles/279548-paris-nearly-150-shells-from-the-second-world-war-found-in-the-seine


Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca