GUNUNG Ruang meletus. Gemuruhnya terdengar hingga ke Pulau Tagulandong dan pulau-pulau lain di sekitarnya. Lontaran lava pijar dan abu vulkanik dari gunung itu membumbung ke langit. Langit merah menyala, petir tampak menyambar.

Kolom erupsi terlihat mencapai 5.000 meter dari atas puncak, berwarna kelabu hingga hitam. Saat erupsi berlangsung, hujan batu tefra dan kerikil lapili hingga gempa terasa di Desa Apengsala yang jaraknya tujuh kilometer di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB).

Erupsi pada 30 April 2024 itu jauh lebih hebat dari letusan-letusan sebelumnya yang dimulai pada Selasa, 16 April 2024. Belasan bandara di Indonesia, Serawak (Malaysia), Brunei dan Singapura juga sempat menghentikan operasinya karena tebalnya abu vulkanik di kawasan itu.

Abu vulkanik berbahaya bagi bagi penerbangan. Pembatalan dan pengalihan penerbangan terjadi secara meluas. Bandara baru dibuka pada 2 Mei 2024, setelah sejumlah lembaga menurunkan tingkat kewaspadaan gunung berapi.

Sebanyak 16.000 orang penduduk dievakuasi dari daerah yang paling berisiko terpapar aliran pirolklastik, hujan abu maupun tsunami. Sebanyak 4.000 rumah, sejumlah kawasan pertanian dilaporkan mengalami kerusakan.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat merilis peringatan dini potensi tsunami dari kemungkinan aluran vulkanik yang memasuki laut. Namun, tak ada tsunami signifikan yang terjadi.

Gunung Ruang merupakan pulau vulkanik kecil di busur Kepulauan Sangihe di Sulawesi Utara, Indonesia. Pulau gunung ini dihuni sekitar 800 orang. Berdasarkan foto dari citra satelit Landsat, erupsi Gunung Ruang mengubah lansekap di pulau tersebut.

Citra dari OLI-2 (Operational Land Imager-2) pada 12 April 2024 masih menampilkan vegetasi hijau subur sebelum letusan. Sementara citra OLI (Operational Land Imager) pada 20 April mempelihatkan tanda-tanda aliran pirollastik—aliran deras abu panas, batu, tanah dan gas—yang mengalir menuruni lereng gunung dan meninggalkan endapan tebal di dasar gunung.

Geser ke kanan untuk melihat citra Gunung Ruang pada 12 April 2024 sebelum meletus. Geser ke kiri untuk melihat citra usai meletus pada 20 April 2024. (Sumber: Landsat)

Pemukiman di sisi utara pulau termasuk yang paling parah terkena dampak abu vulkanik. Di sisi barat pulau Gunung Ruang, tefra juga menyelimuti Laingpatehi, desa terbesar di pulau itu. Fitur-fitur putih terang yang menutupi sebagian pulau kemungkinan adalah awan yang lewat, meskipun bisa jadi merupakan gumpalan vulkanik yang dipancarkan oleh gunung berapi yang masih aktif.

Satelit geostasiuner yang dioperasikan oleh Badan Meteorologi Jepang dan satelit yang mengorbit kutub NASA dan NOAA semuanya mengamati abu dan sulfur dioksida yang mengalir dari Gunung Ruang saat erupsi. Ghassan Taha, seorang ilmuwan atmosfer di Goddard Space Flight Center NASA menyebutkan data dari Ozone Mapping and Profiler Suite (OMPS) Limb Profiler (LP) yang menunjukkan gumpalan vulkanik Gunung Ruang mencapai ketinggian 20 kilometer dan masuk ke lapisan stratosfer.

Ketika gumpalan vulkanik mencapai lapisan atmosfer kedua ini, ilmuwan atmosfer bakal memantau jumlah partikel dan gas yang dilepaskan gunung berapi. Sebab, material yang mencapai stratosfer dapat menyebar luas dan memiliki efek global pada iklim.“Kami memperkirakan akan melihat partikel aerosol bersirkulasi di stratosfer selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan,” kata Taha seperti dikutip dari Landsat.

Para ahli iklim memperkirakan 5 teragram sulfur dioksida dapat menghasilkan partikel aerosol yang cukup untuk mengubah reflektivitas atmosfer bagian atas untuk sementara. Walaupun, dalam kebanyakan kasus, jumlah material yang mencapai stratosfer di bawah ambang batas tersebut.

Letusan Gunung Pinatubo di Filipina tahun 1991 menyebabkan pendinginan global sekitar 0,5 derajat celcius selama sekitar satu tahun. Letusan itu melepaskan sekitar 20 teragram sulfur dioksida ke stratosfer. Pendinginan global ini benar-benar diperlukan di saat suhu bumi terus memanas sepanjang tahun.

Akan tetapi, patikel vulkanik dari Gunung Ruang sepertinya tidak memberikan efek pendinginan global. Simon Carn, seorang ahli vulkanologi di Universitas Teknologi Michigan menyebutkan bahwa sensor inframerah pada satelit geostasioner Himawari mengukur total emisi sekitar 0,5 teragram sulfur dioksida pada tanggal 17 April 2024.

Keesokan harinya, satelit lainnya mengukur sekitar 0,3 teragram. “Emisi sulfur dioksida yang sebenarnya mungkin antara 0,3 dan 0,5 teragram, jauh di bawah ambang batas dampak iklim yang signifikan,” kata Carn.

Gunung Ruang memiliki sejarah letusan yang panjang dan merupakan salah satu gunung berapi paling aktif dan berbahaya di Indonesia. Letusan eksplosif besar telah terjadi pada tahun 1634, 1670, 1843, 1871, 1904, 1956, dan 2002, menurut Global Volcanism Program.

Letusan tahun 1871 memicu tsunami yang menghancurkan sebuah desa di pulau terdekat dan menyebabkan ratusan kematian. Letusan kali ini tidak dilaporkan menyebabkan kematian.***

REFERENSI
  1. https://ekosentris.id/2024/04/22/dampak-letusan-gunung-berapi-terhadap-iklim/
  2. https://landsat.visibleearth.nasa.gov/view.php?id=152716
  3. https://money.kompas.com/read/2024/05/01/092000626/7-bandara-ditutup-sementara-akibat-erupsi-gunung-ruang-50-penerbangan
  4. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20240502145455-106-1093087/tiga-penerbangan-dari-singapura-batal-imbas-erupsi-gunung-ruang
  5. https://www.cnbcindonesia.com/news/20240418154055-4-531403/gunung-ruang-meletus-malaysia-airlines–airasia-batalkan-penerbangan
  6. https://vsi.esdm.go.id/press-release/press-release-gunungapi-ruang-2-mei-2024
  7. https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=update-gunung-ruang-erupsi-lagi-bmkg-monitoring-ketinggian-muka-laut-dan-dampak-abu-vulkanik&tag=press-release&lang=ID


Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca