SELAMA dua bulan terakhir, media massa dan media sosial digemparkan dengan perkiraan gempa megathrust mengguncang Indonesia. Isu gempa megathrust ini berawal ketika Jepang merilis peringatan potensi gempa lanjutan di Nankai, Jepang selatan, pada Kamis (8/8/2024).

Saat itu, Nankai baru saja dilanda gempa bermagnitudo 7,1. Jepang meminta penduduknya bersiap jika gempa yang lebih besar dengan magnitudo 9,1 terjadi.

Jepang adalah negara yang berada di “Cincin Api” Pasifik, yaitu deretan gunung api dan palung laut. Kawasan ini rentan diguncang gempa dan tsunami ketika lapisan-lapisan tanah dangkal dibawahnya saling dorong.

Pada 2011, sebanyak 15 ribu jiwa tewas dalam gempa magnitudo 9 di Fukushima, Jepang utara. Gempa yang memicu tsunami itu juga menghancurkan tiga reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir.

Indonesia yang juga berada di “Cincin Api” Pasifik memiliki kerentanan terhadap gempa dan tsunami yang sama seperti Jepang. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono dalam siaran pers pada Ahad (11/8/2024). Dia juga menyebut gempa megathrust di Indonesia “tinggal menunggu waktu.”

Jagat maya meledak. BMKG menyampaikan siaran pers lanjutan untuk menjelaskan kembali maksud “tinggal menunggu waktu.” Kalimat itu tak berarti bahwa gempa bakal terjadi dalam waktu dekat.

Apa itu Megathrust?

Bukti aktivitas lempeng di segmen megathrust (Sumber: presentasi Mudrik Rahawan/BRIN)

Megathrust berasal dari kata “mega” yang bermakna besar dan “thrusting” yang merujuk pada sumber gempa. Sumber gempa ini adalah gerakan saling dorong lempeng tektonik di mana satu lempeng terdesak ke bawah lempeng lainnya. Kontak terus menerus di zona subduksi (kedalaman kurang dari 50 kilometer) ini mengakibatkan peristiwa seismik paling kuat di bumi.

Indonesia memiliki 13 segmentasi zona megathrust, yaitu

  1. Megathrust Aceh-Andaman M 9,2
  2. Megathrust Nias-Simeulue M 8,2
  3. Megathrust Batu M 7,8
  4. Megathrust Mentawai-Siberut M 8,9
  5. Megathrust Mentawai-Pagai M 8,9
  6. Megathrust Enggano M 8,4
  7. Megathrust Selat Sunda-Banten M 8,7
  8. Megathrust Jabar – Jateng M 8,7
  9. Megathrust Jawa Timur M 8,7
  10. Megathrust Sumbe M 8,5
  11. Megathrust Sulawesi Utara M 8,5
  12. Megathrust Lempeng Laut Filipina M 8,2
  13. Megathrust Utara Papua M 8,7
Peta Segmen Megathrust (Sumber: BMKG dan BRIN)

Pergerakan lempeng tektonik pada kedangkalan dangkal di zona megathrust inilah yang potensial memicu bencana. “Bukan hanya tsunami, tetapi juga tanah longsor, retakan tanah, reruntuhan batu, likuifaksi, kebakaran hingga tsunami,” kata Urip Haryoko, Deputi Bidang Klimatologi BMKG dalam jumpa pers daring yang digelar Jakareta Foreign Correspondent Club, Selasa (10/9/2024). Bencana di segmen megathrust juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang masif, dan menimbulkan krisis kemanusiaan berskala besar.

Ancaman Gempa Megathrust di Jakarta

Secara historis, 13 segmen megathrust itu kerap dilanda gempa besar tak kurang dari magnitudo 7,5. Tetapi, ada dua segmen megathrust yang mengalami seismic gap (jeda seismik). Jeda seismik adalah waktu ketika terjadi kekosongan gempa selama lebih dari 30 tahun.

Jeda seisimik ini menunjukkan tidak adanya pergeseran patahan aktif dalam waktu yang lama dibandingkan dengan segmen lain di sepanjang strukutur yang sama. Dua segmen itu adalah Banten-Selat Sunda yang mengalami jeda seismik sejak 1757 (267 tahun) dan Mentawai-Siberut yang mengalami jeda seismik sejak 1797 (227 tahun).  

Jeda Seismik terlihat jelas di segmen Banten-Selat Sunda dan Mentawai-Siberut (Sumber: BMKG)

Secara teori, segmen yang mengalami strain accumulation akan release. Dalam hal ini terjadi gempa.  “Ibarat orang nabung, ini sedang menumpuk tabungan. Pertanyaannya akan dikeluarkan tidak,” kata Urip. Hal inilah yang membuat segmen Banten-Selat Sunda dan Mentawai Siberut perlu diwaspadai.

Urip menjelaskan bahwa BMKG telah membuat sejumlah skenario bila gempa terjadi di Banten-Selat Sunda. Dalam skenario terburuk yang diproyeksikan BMKG, tsunami setinggi tiga meter akan menerpa pantai selatan dan pantai barat sumatera, pantai barat dan selatan Jawa. Jakarta juga tak luput dari guncangan gempa dan tsunami (lihat gambar).

Warna merah menunjukkan tsunami setinggi tiga meter (Sumber: BMKG)

Kapan Gempa Megathrust akan Terjadi?

Mudrik Rahmawan Daryono, Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan bahwa megathrust merupakan bagian dari proses geologi yang mengangkat kepulauan Indonesia. Aktivitas megathrust ini membentuk cekungan minyak, endapan bijih, gunung berapi, panas bumi, dan lainnya.

“Siklus megathrust dan celah seismis terlihat di Sumatera, tetapi untuk Jawa data historisnya lebih terbatas karena geologi,” kata Mudrika. Dia menambahkan segmen megathrust di Sulawesi Utara perlu mendapatkan perhatian. Terutama setelah gempa besar, tsunami dan likuifaksi di Palu pada 2018 lalu.

“Segmen megathrust di Sulawesi Utara meningkatkan potensi pergerakaan jika terjadi gempa bumi besar berkekuatan 7,5 magnitudo di Palu,” kata Mudrik. Menurut dia, segmen megathrust merupakan potensi bencana yang nyata.

Sayangnya, tidak ada prediksi waktu yang tepat untuk gempa bumi yang terjadi dalam skala tahunan maupun bulanan. “Sehingga penduduk yang tinggal di atasnya wajib memahami mitigasi bencana.”

Seperti Apa Sistem Peringatan Dini di Indonesia?

Sebanyak 45% dari bencana alam dunia terjadi di Asia. Namun 75% dari mereka yang terdampak bencana alam secara global tinggal di wilayah ini. Hal ini menunjukkan banyaknya negara-negara di Asia yang belum mengadopsi sistem peringatan dini.

“Penelitian menunjukkan bahwa pemberitahuan 24 jam sebelum bencana dapat mengurangi kerusakan dan kerugian hingga 30%,” kata Charlotte Cardona, Wakil Direktur Bidang Komunikasi Intersec. Intersec merupakan perusahaan teknologi asal Prancis yang memiliki spesialisasi di bidang metadata telekom.

Sumber: wawancara Intersec dan Laporan PBB

Apalagi kerugian akibat bencana alam di Asia saja, mencapai US$ 577 juta. Nilai kerugian ini sebenarnya dapat dikurangi dengan sistem peringatan dini yang optimal. Menurut Charlotte, sistem peringatan dini memiliki empat komponen penting. Yaitu pengetahuan risiko bencana untuk memahami risiko seismik, pemantauan dengan menggunakan semua data untuk mendeteksi kejadian seismik secara real-time, penyebaran peringatan kepada publik secara cepat.

“Yang terakhir adalah respons krisis dengan mengkoordinasikan prosedur evakuasi dan darurat,” kata Charlotte. Sering kali, respons krisis menjadi hal yang sulit. Dari mulai terputusnya infrastruktur telekomunikasi dan tahapan komunikasi kepada publik.

Namun, perkembangan teknologi intelejensia buatan (AI), internet (IoT) dan teknologi satelit menawarkan peluang untuk meningkatkan pengumpulan data dan analisis real-time, mampu memperkuat kesiapsiagaan pra, saat dan pasca bencana.

Di Indonesia, sistem peringatan dini dioperasikan oleh BMKG. Sementara penanganan pasca bencana dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Secara rutin kami melakukan simulasi kedaruratan dan apel kesiapsiagaan,” kata Abdul Muhari, Juru Bicara BNPB.

Seperti Apa Mitigasi Gempa Megathrust?

BNPB menjelaskan langkah yang bisa dilakukan sebelum gempa, yaitu:

  1. Mengenali risiko gempa di wilayah tempat tinggal. Termasuk risiko likuifaksi, longsor, gempa bumi atau
  2. Merenovasi struktur rumah tinggal dan mencari jalur evakuasi
  3. Mengetahui jalur keluar dari tiap bangunan, seperti lokasi tangga darurat maupun tempat berkumpul
  4. Ikut terlibat dalam pelatihan evakuasi dan cara menggunakan peralatan P3K
  5. Mencatat nomor telepon penting yang bisa dihubungi
  6. Selalu mematikan air, gas, dan listrik jika tidak digunakan;
  7. Memastikan furnitur yang menempel pada dinding dipaku atau diikat agar tak jatuh saat gempa.
  8. Menyiapkan tas siaga bencana
Jika Anda khawatir menyimpan dokumen penting dalam tas siaga bencana, Anda bisa menyimpan fotokopinya saja. Dokumen asli bisa disimpan di Safe Deposit Box lembaga terpercaya.

Jika gempa terjadi, tetap tenang lalu lakukan langkah-langkah berikut ini:

  1. Ambil tas siaga bencana
  2. Segera menunduk dan cari tempat berlindung seperti di bawah meja, di bawah kursi, untuk melindungi badan, terutama kepala Anda.
  3. Hindari furnitur tinggi yang mudah jatuh, seperti lemari, rak, dan cermin karena berpotensi untuk jatuh dan menimpa tubuh atau menghalangi jalan saat akan keluar;
  4. Jauhi sebisa mungkin jendela kaca atau barang-barang yang mudah pecah. Lindungi mata dari serpihan kaca.
  5. Anda juga bisa berlindung di dekat kontruksi kuat seperti tiang-tiang besar atau pilar beton dan di dekat lift. Struktur yang digunakan di area itu bisa meredam distribusi gempa dan menjadi tempat yang kuat
  6. Jangan pernah menggunakan lift saat gempa terjadi karena kemungkinan besar akan terjadi korsleting listrik ataupun rem darurat yang sewaktu-waktu aktif. Apabila sedang berada di dalam lift, turun di lantai berikutnya
  7. Jangan langsung berlari atau menuju tangga darurat saat terjadi gempa, selain bisa menyebabkan cidera karena goncangan yang terjadi kita juga harus menghindari penumpukan orang saat di tangga darurat
  8. Hindari berlindung di ruangan kecil dan sempit seperti kamar mandi atau gudang. Hal ini dapat memperlambat mitigasi ataupun evakuasi yang akan dilakukan.

Ketika gempa berakhir, ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu:

  1. Keluar dari bangunan
  2. Jangan menggunakan tangga berjalan atau lift
  3. Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K;
  4. Jangan mamasuki bangunan yang sudah terkena gempa karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.
  5. Telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau sekitar Anda.
  6. Dengarkan informasi lanjutan mengenai gempa dari ponsel dan radio.
  7. Jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak jelas sumbernya.
  8. Ikuti petunjuk dari petugas berwenang dan evakuasi jika diperlukan.

Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca