Apa itu Pemanasan Global?
Pemanasan global adalah memanasnya suhu rata-rata bumi baik di udara, air maupun tanah dalam jangka panjang, yang disebabkan oleh tingginya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Suhu bumi pertama kali dicatat pada 1880. Antara tahun 1880 hingga 1980, ada kenaikan rata-rata 0,07 derajat celsius setiap 10 tahun. Namun sejak 1981, suhu bumi meningkat lebih cepat.

Pada 2022 lalu, Copernicus mencatat suhu rata-rata bumi telah naik 1,3C dari era sebelum Industri. Sementara untuk suhu rata-rata di Indonesia, telah naik 1,5C. Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) mencatat 2022 sebagai tahun terhangat kelima sejak 1880, dengan 2016 dan 2020 di peringkat pertama dan kedua.

Sembilan tahun terhangat sejak awal pencatatan terjadi sejak 2005. Ini menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir merupakan tahun terhangat bumi.

Apa Penyebab Pemanasan Global?
Pemanasan global terjadi ketika konsentrasi karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan polutan udara lainnya meningkat di atmosfer bumi. Akibatnya, atmosfer bumi tidak bisa lagi menyerap panas dari sinar matahari dan memantulkan radiasi sinar matahari dari permukaan bumi. Sehingga panas akan terperangkap dan menyebabkan suhu bumi menjadi lebih panas.

Polutan dapat bertahan selama bertahun-tahun di atmosfer. Karena sifatnya yang menangkap panas dalam jangka panjang maka disebut sebagai gas rumah kaca. Efeknya disebut sebagai gas rumah kaca atau emisi karbon.

Gas rumah kaca atau emisi karbon bisa disebabkan oleh siklus alami bumi. Namun, pemanasan global yang saat ini terjadi merupakan dampak dari aktivitas manusia, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan seterusnya.

Menurut World Resorce Institute, sektor energi menyumbang 76% gas rumah kaca global pada 2019. Termasuk dalam sektor energi adalah listrik, transportasi dan aktivitas industri manufaktur dan konstruksi yang digerakkan denngan bahan bakar fosil.

Apa bahaya dari pemanasan global?
Pemanasan global dalam jangka panjang dapat menyebabkan kekeringan ekstrem, meningkatnya risiko kebakaran hutan, naiknya permukaan air laut di pesisir terutama di pantai utara jawa, cuaca ekstrem, dan bencana lainnya yang disebut sebagai dampak perubahan iklim.

Perubahan iklim ini juga mengubah kalender tanam/panen dan dapat menyebabkan kemunculan hama (spesies invasif) yang membahayakan ketahanan pangan.

Selain itu, pemanasan global akan menyebabkan gangguan habitat seperti pemutihan terumbu karang dan berkurangnya tutupan hutan. Hal ini dapat menyebabkan banyak spesies flora dan fauna menuju kepunahan. Alergi, asma, gangguan pernafasan dan wabah penyakit menular juga menjadi lebih umum karena polusi udara berkepanjangan dan kemunculan patogen baru.

Seberapa besar kontribusi Indonesia terhadap Pemanasan Global?
Dalam beberapa tahun terakhir, Cina menyumbang gas rumah kaca penyebab pemanasan global, menghasilkan sekitar 26 persen dari seluruh emisi CO2. Selanjutnya ada Amerika Serikat, India dan Eropa.

Berdasarkan data Climate Watch (2019) Indonesia berada di posisi kelima negara penyumbang gas rumah kaca terbesar. Sumbangsih ini tidak terlepas dari pembangkit tenaga listrik Indonesia yang lebih dari 50% masih disokong oleh batu bara.

Pada 2019, Indonesia setidaknya menyumbang 1,9 miliar ton setara CO2. Namun pada 2014 dan 2015, Indonesia berkontribusi lebih besar dalam menghasilkan gas rumah kaca. Pada 2014, kontribusi Indonesia mencapai 2,01 miliar ton setara CO2 dan pada 2015 mencapai 2,06 miliar ton setara CO2. Kenaikan ini disebabkan oleh banyaknya kebakaran hutan yang melanda Indonesia pada saat itu.

Semua orang akan terkena dampak perubahan iklim, tapi dampak yang dirasakan akan berbeda. Masyarakat adat dan kelompok ekonomi marjinal biasanya akan terpapar dampak yang lebih besar, meskipun kelompok ini paling tidak berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Itu sebabnya perubahan iklim menciptakan ketidakadilan iklim.

Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi pemanasan global?
Para ilmuwan membatasi kenaikan suhu bumi tak boleh lebih dari 1,5C dari sebelum era industri. Kenaikan suhu melebihi 1,5C akan menyebabkan perubahan iklim dan bencana iklim. Batasan ini telah disepakati 196 negara dalam Perjanjian Paris.

Batasan itu ditetapkan dalam komitmen nasional yang disepakati (national determined contribution/NDC) masing-masing negara.
Tapi komitmen nasional itu juga tidak bisa sukses tanpa bantuan orang-orang yang menggunakan haknya untuk menuntut pemerintah melaksanakan komitmen NDC dan membuat perubahan dalam kebiasaan sehari-hari.

Kita bisa melakukannya dengan mengurangi jejak karbon sendiri dengan menghemat energi. Mematikan lampu dan mencabut peralatan elektronik dari soket listrik jika tidak digunakan. Penghematan harus menjadi kebiasaan dan keputusan kita sebagai konsumen.

Saat berbelanja peralatan elektronik baru, misalnya, penting untuk menyoroti efisiensi energi. Saat membeli mobil, penting pula untuk mengukur efisiensi bahan bakar. Menggunakan transportasi umum dan sepeda dapat menjadi kontribusi kita untuk mengurangi gas rumah kaca.

Penting pula menyuarakan dukungan terhadap kebijakan rendah karbon dan ramah lingkungan, mengkampanyekan perlunya transisi energi bahan bakar fosil kepada energi bersih dan membangun kesadaran komunitas-komunitas di sekitar kita. Karena perubahan perilaku dan kebiasaan ramah lingkungan harus dibangun bersama
untuk masa depan bersama.

***

REFERENSI:
1. NOAA
2. Copernicus
3. NASA
4. World Resources Institute
5. Climate Watch


Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

5 tanggapan untuk “Pemanasan Global dan Kontribusi Indonesia”

  1. […] Globalisasi dan industrialisasi yang cepat dalam beberapa dekade terakhir telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kerusakan lingkungan, di antaranya polusi, emisi gas rumah kaca, penipisan ozon, dan pemanasan global.  […]

    Suka

  2. […] faktor suhu permukaan laut yang menghangat menjadi penyebab utama kemunculan siklon, pemanasan global yang terjadi saat ini berkontribusi terhadap pembentukan dan intensifikasi siklon tropis. Kenaikan […]

    Suka

  3. Lampu motor yang diharuskan menyala sejak sekitar tahun 2017 apakah tidak termasuk pemicu? Kalau dihitung jumlah sepeda motor sangatlah banyak. Sekarang mobil terbarupun lampunya pada hidup walau tidak terlalu terang. Terus, tentu pula ada bagian yang diuntungkan yakni produsen lampu kendaraan bermotor.

    Disukai oleh 3 orang

  4. […] permukaan laut Pasifik. Namun setelah 1970-an, aktivitas manusia yang menghasilkan emisi dan memicu pemanasan bumi, menjadi faktor dominan dalam membentuk El Nino, melebihi faktor alam seperti radiasi […]

    Suka

  5. […] pengaruh pemanasan global juga berdampak pada gelombang panas dan suhu menyengat yang terus meningkat dari tahun ke tahun. […]

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Siklon Tropis Olga Saat Lebaran – Ekosentris.id Batalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca