Siklon tropis Olga yang terbentuk di Samudra Hindia, sebelah selatan Kepulauan Nusa Tenggara diperkirakan memicu hujan lebat dan gelombang tinggi di beberapa daerah di Indonesia. Siklon tropis ini lahir dari bibit siklon tropis 96S yang muncul di sekitar Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur, pekan lalu.
Mata badai siklon tropis Olga terdeteksi pada Ahad (7/4/2024) pukul 19.00 WIB. Diameter mata siklon antara 10-100 kilometer dan dikelilingi dinding mata yang dapat mencapai ketebalan 16 kilometer. Dinding mata siklon merupakan wilayah yang kecepatan anginnya tertinggi dan memiliki curah hujan terbesar.
Tiga hari kemudian, siklon tropis mulai melemah, bergerak ke arah selatan dan barat daya menjauhi Indonesia. Namun, sejumlah fenomena cuaca lainnya seperti aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) dan fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang masih aktif di Indonesia serta suhu muka laut yang hangat menduking pertumbuhan awan hujan yang signifikan.
Pada Rabu kemarin (10/4/2024), BMKG merilis peringatan dini akan hujan lebat dan angina kencang sejumlah daerah hingga 12 April 2024 sebagai dampak dari siklon tropis Olga dan sejumlah fenomena cuaca lain tersebut.

Siklon tropis adalah badai dahsyat yang berkembang di lautan tropis dan subtropis dengan suhu permukaan laut hangat. Siklon tropis, dikenal dengan nama hurricane di benua Amerika. Siklon tropis merupakan sistem yang ditandai dengan area terbentuknya awan yang memiliki kecepatan angina hingga 34 knot di lebih separuh area sekitar pusat yang bertahan selama enam jam.
Siklon tropis di belahan bumi utara dan selatan memiliki karakteristik berbeda. Di belahan bumi utara, siklon bergerak searah jarum jam dan bergerak kevarah barat atau barat laut. Sementara di belahan bumi selatan, siklon berputar berlawanan arah jarum jam dan biasanya bergerak ke arah barat dan barat daya.
Suhu permukaan laut yang menghangat, minimal 26,5 derajat celcius hingga kedalaman 60 meter menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya siklon tropis. Lalu terbentuknya area konvektif yang kuat—area terbentuknya banyak awan kumulonimbus di wilayah laut tersebut, menyebabkan kemunculan badai, petir dan angina.
Kemudian atmosfer lembab hingga ketinggian lima meter dan terjadi dalam jarak 500 kilometer dari garis ekuator menjadi kondisi yang mendukung kelahiran siklon tropis. Di samping itu, area kemunculan siklon cenderung stabil, tidak mengalami perubahan kondisi angin yang cukup besar.
Karena faktor suhu permukaan laut yang menghangat menjadi penyebab utama kemunculan siklon, pemanasan global yang terjadi saat ini berkontribusi terhadap pembentukan dan intensifikasi siklon tropis. Kenaikan permukaan laut sebagai dampak pemanasan global dan perubajan iklim juga berkontribusi terhadap banjir dan gelombang badai yang lebih besar.
Secara umum, model iklim memprediksi penurunan terbentuknya siklos tropis tahunan. Model iklim adalah model matematika yang digunakan untuk memahami iklim masa lalu, sekarang dan masa depan dengan menggunakan berbagai faktor seperti suhu, kelembapan, angin, radiasi matahari serta interaksi atmosfer, lautan dan komponen lain dari sistem bumi.

Namun, meski siklon tropis tahunan diprediksi turun, intensitas badai yang terjadi diperkirakan meningkat. Ini berarti bahwa siklon yang terbentuk mungkin lebih dahsyat dan memiliki daya rusak yang lebih tinggi. Tren saat ini menunjukkan peningkatan proporsi siklon tropis berat (kategori 4 dan 5).
Pada 3 April 2021 lalu, siklon Seroja melanda Indonesia. Siklon ini menyentuh bibir pantai dan menyebabkan menyebabkan 181 orang meninggal, 47 orang hilang, 258 orang korban luka di provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Penduduk terdampak pada saat itu mencapai 428.896 orang.
Kemunculan Siklon Olga berdekatan dengan musim libur dan mudik lebaran 2024 berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi. Saat ini, banjir di Pasuruan, Jawa Timur belum juga turun, terutama karena curah hujan yang masih tinggi. Begitu pula,
BMKG mengimbau pemudik untuk secara aktif melihat informasi dan kondisi cuaca sebelum melakukan perjalanan mudik. Jika kondisi cuaca sedang buruk, pemudik sebaiknya tidak memaksakan diri dan menunda perjalanan mudik atau balik hingga cuaca membaik.






Tinggalkan Balasan ke Emisi Karbon Mudik Lebaran 2024 – Ekosentris.id Batalkan balasan