PANAS ekstrem menyisakan tragedi dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Kantor berita AFP melaporkan setidaknya 1.081 jemaah dari berbagai negara meninggal dunia. Hingga Jumat, 21 Juni 2024 pukul 20.00, Kementerian Agama mencatat sebanyak 215 orang jemaah haji asal dari Indonesia meninggal dunia di tanah suci. Sebanyak 98% dari jemaah haji Indonesia yang meninggal berusia di atas 50 tahun.

Panas terik di Arab Saudi diduga menjadi faktor utama di balik tingginya angka kematian. BBC mencatat selama pelaksanaan ibadah haji tahun ini suhu sempat mencapai 51,8 derajat celcius di tempat teduh. Dengan kondisi ini, jemaah haji yang berusia lanjut sangat rentan mengalami sengatan panas (heatstroke) dan lebih berpeluang meninggal akibat kondisi panas ekstrem dibandingkan jemaah yang lebih muda.

Ibadah haji merupakan rukum iman kelima dalam Islam. Saat melaksanakan ibadah haji, para jemaah menghabiskan 20-30 jam di luar ruangan (antara lain: wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, hingga tawaf) dan ikut berjalan dalam rombongan besar. Selama bulan-bulan panas Arab Saudi selalu ada jemaah yang terpapar sengatan panas. Kini, perubahan iklim membuat panasnya jauh lebih berbahaya.

Udara lembab dari Laut Merah sering bertiup ke darat mencapai kota Mekkah. Ketika kelembapan tinggi, keringat akan menguap lebih lambat, sehingga orang-orang lebih mudah mengalami kondisi kepanasan yang merusak kesehatan, bahkan mematikan.Dalam kondisi sebaliknya, kulit bisa terasa kering, tetapi kenyataannya keringat justru menguap jauh lebih cepat. Sehingga banyak yang tidak merasa bahwa kondisi tubuh mereka sudah dalam keadaan kritis.

Ancaman kondisi ekstrem saat menjalankan ibadah haji dapat ditakar menggunakan suhu “bola basah (wet-bulb)” yaitu pengukuran suhu dan kelembapan serta suhu “bola kering (dry-bulb)” yaitu pengukuran suhu dalam laporan cuaca. Misalnya, pada 1990, sebanyak 1.426 jemaah haji meninggal dalam kondisi berdesakan. Kala itu, suhu bola kering mencapai 41,7C sementara suhu bola basah mencapai 25,1C. Kemudian, pada 2015, saat lebih dari 2.000 jemaah haji meninggal, suhu bola kering mencapai 48,3C dan suhu bola basah mencapai 27,3C.

Pada Mei 2024 lalu, Journal of Travel Medicine merilis penelitian yang menggunakan data historis Mekkah sejak 1985-2021. Penelitian itu menunjukkan bahwa Mei-September merupakan bulan-bulan terpanas di kota suci umat Islam itu dengan rata-rata suhu bola kering bulanan melebihi 34,5C.

“Jika haji jatuh pada bulan-bulan ini, maka ibadah haji akan berada dalam siklus panas,” kata Saber Yezli, kepala peneliti dalam laporan itu. Sebaliknya, jika musim haji jatuh di luar bulan-bulan tersebut, maka ibadah wajib umat Islam itu berada di siklus dingin. Ada pun ibadah haji yang jatuh pada bulan Agustus dan Oktober yang paling beresiko untuk terpapar sengatan panas dan kelelahan akibat panas (heat exhaustion).

Setiap desimal kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi akan menimbulkan ancaman yang makin besar bagi jemaah haji. Aktivitas manusia dari penggunaan bahan bakar fosil, deforestasi dan praktik-praktik pertanian telah memberikan dampak besar terhadap kenaikan suhu bumi. Sebanyak 194 negara berikrar membatasi perubahan iklim hingga “jauh di bawah” 2°C dengan tujuan mencapai 1,5°C berdasarkan Perjanjian Paris.

Pada 5 Juni 2024 lalu, António Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutip laporan terbaru Badan Meteorologi Dunia (WMO) yang memperkirakan suhu bumi akan memecahkan rekor tertinggi dalam empat tahun ke depan. “Kita membutuhkan jalan keluar dari neraka iklim,” katanya saat itu. Laporan WMO menyebut bahwa suhu permukaan bumi antara 2024-2028 diperkirakan naik antara 1.1°C-1.9°C lebih tinggi dari rata-rata suhu tahun 1850-1900.

Penelitian Fahaad Saeed tiga tahun lalu menyimpulkan bahwa jika dunia mampu menahan pemanasan global sesuai target ambisius Kesepakatan Paris pada suhu 1,5°C, risiko sengatan panas selama ibadah haji akan tetap naik lima kali lipat. Jika, “suhu rata-rata global naik 2°C, risiko sengatan panas selama ibadah haji akan naik sepuluh kali lipat,” kata dia dalam penelitian itu.

Untuk mencegah sengatan panas dan kelelahan akibat panas, penyelenggara ibadah haji perlu memperbanyak fasilitas sprinkler, penanaman pohon dan penghijauan, menyediakan lebih banyak payung dan akses terhadap air minum. Yezil menyebutkan pula perlunya pembangunan fasilitas bangunan dengan pendingin ruangan juga sistem peringatan dini.

Dibutuhkan pula aksi global untuk mencegah suhu permukaan bumi menjadi lebih panas dengan mengurangi emisi. Semua negara, terutama negara-negara mayoritas muslim, termasuk Indonesia perlu memotong emisinya untuk agar ibadah haji tak menjadi rukun Islam paling terdampak jika dunia gagal mencegah kenaikan suhu bumi.***

REFERENSI
  1. Yezli, Saber., Ehaideb, Salleh., Yassin, Yara., et.al. (2024, 4 Mei). Escalating climate-related risks for Hajj pilgrims to Mecca. Journal of Travel Medicine. Diakses pada 21 Juni 2024, dari https://academic.oup.com/jtm/article/31/4/taae042/7624634
  2. Mangunjaya, Fachruddin., Shalati, Sartika Nur., et. al. (2022, 27 Juli). Dampak Kebijakan Iklim bagi Ibadah Haji. Diakses pada 21 Juni 2024, dari https://www.cerah.or.id/id/publications/report/detail/dampak-kebijakan-iklim-bagi-ibadah-haji
  3. Saeed, Fahad., Schleussner, Carl-Freiderich., Almazroui, Mansour. (2021, 9 Februari). From Paris to Makkah: heat stress risks for Muslim pilgrims at 1,5°C and 2°C. Diakses pada 22 Juni 2024, dari https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/abd067/meta


Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Satu tanggapan untuk “Panas Ekstrem Ujian Jemaah Haji Masa Depan”

  1. […] panas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Badan Meteorologi Saudi Arabia mencatat suhu kawasan mencapai titik puncaknya di 51,8C. “Saya tidak tahu tepatnya kapan hari paling panas, tetapi pada 11 Dzulhijjah, jumroh aqobah […]

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Cerita Jemaah Haji Merasakan Panas Ekstrem di Saudi Arabia – Ekosentris.id Batalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Ekosentris.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca